Masjid Pathok Negara ini merupakan situs bersejarah peninggalan Kyai Syihabuddin ini dibakar habis oleh Belanda pada tahun 1825, saat perang Dipanegara (zaman Hamengku Buwana V). Atas inisiatif KH Muhammad Imam (zaman Sultan Hamengku Buwana VII), masjid ini dibangun kembali pada tahun 1901. Bangunan utama Masjid Pathok Negara Dongkelan merupakan bangunan lama yang masih dijaga keasliannya, termasuk pintu dan jendela. Desain imaman (mihrab) juga masih asli, menjadi daya tarik tersendiri untuk pengunjung masjid. Masjid Pathok Negara Dongkelan ini dibangun oleh pihak Keraton Yogyakarta pada tahun 1775. Berlokasi di Dongkelan Kauman, Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Pendirian masjid ini merupakan penghormatan terhadap Kyai Syihabuddin atau Syeh Abudin atas jasa-jasanya terhadap Sultan Hamengku Buwana I.
Mayoritas peziarah datang dari Daerah Istimewa Yogyakarta, tetapi ada juga yang datang dari luar kota Yogyakarta. Umumnya, para peziarah datang mengunjungi makam untuk membacakan doa dan membersihkan makam keluarganya. Untuk berziarah di Pasareyan Dongkelan ini, tidak ada hari khusus untuk berziarah karena semua hari dianggap baik. Pada masjid-masjid kagungan dalem termasuk masjid Pathok Negara Dongkelan ini, di belakang (barat) masjid terdapat makam. Pada kuburan tersebut terdapat tokoh-tokoh pendiri masjid. Makam yang diletakkan di barat masjid ini, dikarenakan pertimbangan arsitektur, halaman masjid yang sudah dipakai untuk membuat kolam dan tempat lalu lintas atau tempat berkumpul. Jadi, tidak memungkinkan peletakan makam berada di timur masjid. Tidak hanya itu saja, pertimbangan spiritual juga mempengaruhi peletakkan makam. Setiap kali shalat, orang menghadap barat dan menengok kuburan. Hal itu, agar ingat soal kematian (akherat) dan akhirnya shalat menjadi lebih khusyuk.
Pasareyan Dongkelan/makam mempunyai keistimewaan tersendiri, bisa disebut sebagai makam muslim. Hal itu, di karenakan makam tersebut hanya boleh diisi oleh jasad muslim. Dapat disebut pula, sebagai makam turun-menurun, karena pasareyan Dongkelan ini memang hanya diperuntukkan bagi warga Dongkelan Njero (masih keturunan Kyai Syihabuddin). Namun, dalam perkembangannya warga Dongkelan Njobo (bukan keturunan Kyai Syihabuddin) boleh disemayamkan di Pasareyan Dongkelan. Seperti, KH Muhammad Moenawwir (pendiri Pondok Pesantren Krapyak) yang dimakamkan di Pasareyan Dongkelan. KH Muhammad Moenawwir adalah sahabat kental KH Muhammad Imam dan sama-sama abdi dalem di Keraton Yogyakarta. Pada saat itu, KH Muhammad Moenawwir adalah abdi dalem Punakawan Kaji merangkap abdi dalem Barjamangah, sedangkan KH Muhammad Imam adalah pejabat Pathok Negara. Sebagai sahabat kental, KH Muhammad Moenawwir memohon izin kepada KH Muhammad Imam agar kelak jika ia dan keturunannya meninggal, bisa dimakamkan di Dongkelan agar bisa nderek mulya dan dekat dengan jasad Kyai Syihabuddin.
Gapura Masjid Pathok Negara Dongkelan. |
Masjid Pathok Negara Dongkelan tampak dari samping. |
Peziarah sedang membaca plang Masjid Pathok Negara Dongkelan. |
Gapura makam Masjid Pathok Negara Dongkelan sisi barat. |
Gapura makam Masjid Pathok Negara Dongkelan sisi barat. |
Makam Kyai Syihabuddin, dulunya merupakan penghulu di Masjid Pathok Negara dan menjadi pendiri Masjid Pathok Negara Dongkelan. |
Kondisi ruang makam Kyai Syihabuddin bersama istrinya. |
Tumpukan Al-Quran yang tidak tertata di rak sudut ruangan ini sering digunakan untuk berdoa peziarah di Makam Masjid Pathok Negara. |
Sejumlah peziarah berdoa di depan makam KH Muhammad Moenawwir. Makam beliau merupakan tujuan kebanyakan para peziarah yang datang untuk berwisata religi di Masjid Pathok Negara Dongkelan ini. |
Peziarah mengaji di depan makam di Makam Masjid Pathok Negara Dongkelan. |
Peziarah sedang melihat denah dan daftar nama keluarga besar KH Muhammad Moenawwir di Masjid Pathok Negara Dongkelan |
Terdapat aula di samping makam Masjid Pathok Negara Dongkelan. Aula tersebut dapat digunakan untuk beristirahat para peziarah dan mengadakan pengajian. |
Peziarah usai menjalankan shalat dzuhur dahulu sebelum meninggalkan Masjid Pathok Negara Dongkelan. |
Rombongan peziarah bersiap-siap meninggalkan Masjid Pathok Negara Dongkelan. |
Komentar
Posting Komentar